Oleh Zuhrotunnisa
Saat itu, pertama kali masuk sekolah di SPENZATRENS, tak sengaja aku bertemu dengan Nia, Aim, Anto dan Joe. Kami langsung akrab, kemana-mana kami selalu bersama, sampai teman-teman lain kelas mengenal kita dan bertanya jika ada salah satu dari kami yang tidak ada. Banyak yang kita bicarakan mulai dari kesukaan, sampai teman yang lewat di depan kami. Salah satu dari kami yaitu Aim suka memanggilku De, aku tak tahu kalau dia ga suka di panggil Aim oleh sayatetapi dia ingin saya memanggilnya Mas. Pada suatu hari saat aku akan pulang dan berjalan menuju parkiran, dia memanggilku dan aku menoleh kemudian aku melanjutkan berjalan. Tanpa disengaja aku mendengar dia berbicara sama Joe kalau dia lebih suka dipanggil Mas. Apa sih susahnya memanggil aku dengan sebutan Mas? kata Aim. Mulai saat itu Aim mulai bersikap berbeda kepadaku, dia mulai menghindar. Walaupun teman-teman tak tahu dan menganggap kalau aku dan Aim baik-baik saja. Setelah ku cari tahu sebabnya, ternyata dia ga suka kalau aku memanggilnya Aim dan dia juga punya rasa kepadaku bukan sekedar sahabat tapi lebih dari sahabat.
Saat naik kelas kami semua beda kelas, aku di kelas 8G, Aim dan Uun di kelas 8E, Anto di kelas 8F dan Joe di kelas 8C. Saat kelas delapan kami jarang berkumpul-kumpul seperti saat kelas tujuh. Aku lebih sering main ke kelas 8F dan ngobrol dengan Anto. Seiring berjalannya waktu, kamipun naik ke kelas 9 dan tak disangka tak di duga kami satu kelas. Hubungan kami mulai dekat lagi, semakin dekat seperti kelas tujuh. Pada suatu hari aku merasa aneh, kenapa teman sekelas selalu berbicara kalau Aim itu suka ma aku dan mereka seperti nyomblangin aku dengan Aim. Aku bersikap biasa pada Aim karena waktu itu aku menganggapnya teman.
Pada saat ujian Olahraga, waktu itu ujiannya lari. Dia sudah sampai duluan ke tempat finis. Dia menungguku, karena khawatir dia menjemputku pakai sepeda. Aku dan Umi masih lari, teman-teman yang lain sudah sampai. Aim menyuruhku tuk naik sepeda, tapi aku tidak mau. Aim terus memaksa, dia khawatir karena pada saat itu mukaku pucat. "Lebih baik kamu aku bonceng de?? Pak guru sudah ngizinin kok, klo da yang sakit jangan di lanjutin larinya" kata Aim. Aku menolak karena ga tega ma Umi yang harus lari sendirian jika aku dibonceng ma Aim. Aku bilang ma Aim kalau aku ga sakit. Aim terus berada di sampingku dan mengayuh sepeda dengan sangat pelan. Tak kusangka aku pusing sekali sampai-sampai menabrak orang yang sedang di duduk di tepi jalan dan hampir saja aku masuk selokan. Aim semakin cemas dan khawatir, dia langsung menyuruhku naik sepeda dan akhirnya aku mau.
Dia bicara pada Pak guru kalau aku sakit. Dia menyuruhku ke UKS tapi aku tak mau, aku ga suka sama bau obat. Setelah beberapa menit, aku ganti baju dan masuk ke kelas. Tak lama ,kemudian Bu Guru masuk ke kelas untuk memberi tugas. Untung saja itu tugas kelompok jadi saya tidak begitu pusing mengerjakan tugasnya. Seperti biasa aku, Aim, Anto, dan Joe satu kelompok, tugaspun selesai saatnya pulang ke rumah. Sebelum pulang kami ngobrol-ngobrol dulu. Aim masih khawatir sama aku, dia tanya "De, masih pusing ???". "ga, kok " jawabku.
Aku pulang ke rumah bersama Anto karena kita satu arah dan Aim, Nia, dan Joe pulang bersama karena mereka satu arah. Pagi tiba, saatnya pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku bertemu Aim dan kamipun ngobrol. Dia bilang kalau Anto itu sudah jadian sama Nia, aku semakin bingung karena Aim menyuruhku jangan bersedih. Aku ga sedih sama sekali kok Aim, aku senang mendengarnya. Aim bertanya "Bukannya kamu deket banget sama Anto?". "Oh, itu kan karena Anto tetangganya nenekku dan kami sering bermain bersama. Aku lupa memberi tahumu soal itu." Jawabku. "Oh, begitu" jawab Aim.
Hari sabtu lebih tepatnya malam minggu, aku mendapat sms yang bertuliskan "Aku suka kamu dari pertama kali kita bertemu. Selama ini aku tak ungkapkan isi hatiku karena kamu begitu dekat dengan Anto. Maukah kamu jadi pacarku?". Aku tak tau itu sms dari siapa karena nomornya ga ada di buku telepon. Aku langsung jawab maaf banget aku ga bisa.
Hari senin, aku langsung tanya ke Anto "apakah kamu tau nomer ini, To?". " Tidak" jawab Anto. Pada saat hari itu sikap Aim berbeda sekali, sampai-sampai semua teman sekelas heran. Aku tak tahu kenapa dia seperti itu. Ternyata sms waktu itu dia yang sms, aku sangat menyesal karena membalas smsnya terlalu kasar. Aku langsung menjelaskan kepada Aim kalau aku tidak bermaksud sekasar itu menjawabnya. "Aim, tak kira itu sms dari orang iseng jadi aku jawabnya kasar. Lagian aku sudah mencintai orang lain" kataku. "Aku sudah tahu, siapa yang kau cintai. Yang kau cintai Anto kan, De? jawab Aim. "Bukan, kamu salah paham, Aku tak tahu sejak kapan aku mencintaimu tapi yang jelas saat Olahraga aku dah merasa kalau aku itu semakin suka sama kamu" Jawabku. "yang bener De? Kamu mau kan jadi pacarku De?" jawab Aim. "Maaf banget. aku.... aku ga bisa...... ga bisa nolak" jawabku. Aku dan Aimpun jadian, aku dan Anto setuju kalau kita mencomblangin Joe dengan Ida. Dengan susah payah dan akhirnya Joe ga mau karena tanpa sepengetahuanku Joe suka denganku.
THE END
Saat itu, pertama kali masuk sekolah di SPENZATRENS, tak sengaja aku bertemu dengan Nia, Aim, Anto dan Joe. Kami langsung akrab, kemana-mana kami selalu bersama, sampai teman-teman lain kelas mengenal kita dan bertanya jika ada salah satu dari kami yang tidak ada. Banyak yang kita bicarakan mulai dari kesukaan, sampai teman yang lewat di depan kami. Salah satu dari kami yaitu Aim suka memanggilku De, aku tak tahu kalau dia ga suka di panggil Aim oleh sayatetapi dia ingin saya memanggilnya Mas. Pada suatu hari saat aku akan pulang dan berjalan menuju parkiran, dia memanggilku dan aku menoleh kemudian aku melanjutkan berjalan. Tanpa disengaja aku mendengar dia berbicara sama Joe kalau dia lebih suka dipanggil Mas. Apa sih susahnya memanggil aku dengan sebutan Mas? kata Aim. Mulai saat itu Aim mulai bersikap berbeda kepadaku, dia mulai menghindar. Walaupun teman-teman tak tahu dan menganggap kalau aku dan Aim baik-baik saja. Setelah ku cari tahu sebabnya, ternyata dia ga suka kalau aku memanggilnya Aim dan dia juga punya rasa kepadaku bukan sekedar sahabat tapi lebih dari sahabat.
Saat naik kelas kami semua beda kelas, aku di kelas 8G, Aim dan Uun di kelas 8E, Anto di kelas 8F dan Joe di kelas 8C. Saat kelas delapan kami jarang berkumpul-kumpul seperti saat kelas tujuh. Aku lebih sering main ke kelas 8F dan ngobrol dengan Anto. Seiring berjalannya waktu, kamipun naik ke kelas 9 dan tak disangka tak di duga kami satu kelas. Hubungan kami mulai dekat lagi, semakin dekat seperti kelas tujuh. Pada suatu hari aku merasa aneh, kenapa teman sekelas selalu berbicara kalau Aim itu suka ma aku dan mereka seperti nyomblangin aku dengan Aim. Aku bersikap biasa pada Aim karena waktu itu aku menganggapnya teman.
Pada saat ujian Olahraga, waktu itu ujiannya lari. Dia sudah sampai duluan ke tempat finis. Dia menungguku, karena khawatir dia menjemputku pakai sepeda. Aku dan Umi masih lari, teman-teman yang lain sudah sampai. Aim menyuruhku tuk naik sepeda, tapi aku tidak mau. Aim terus memaksa, dia khawatir karena pada saat itu mukaku pucat. "Lebih baik kamu aku bonceng de?? Pak guru sudah ngizinin kok, klo da yang sakit jangan di lanjutin larinya" kata Aim. Aku menolak karena ga tega ma Umi yang harus lari sendirian jika aku dibonceng ma Aim. Aku bilang ma Aim kalau aku ga sakit. Aim terus berada di sampingku dan mengayuh sepeda dengan sangat pelan. Tak kusangka aku pusing sekali sampai-sampai menabrak orang yang sedang di duduk di tepi jalan dan hampir saja aku masuk selokan. Aim semakin cemas dan khawatir, dia langsung menyuruhku naik sepeda dan akhirnya aku mau.
Dia bicara pada Pak guru kalau aku sakit. Dia menyuruhku ke UKS tapi aku tak mau, aku ga suka sama bau obat. Setelah beberapa menit, aku ganti baju dan masuk ke kelas. Tak lama ,kemudian Bu Guru masuk ke kelas untuk memberi tugas. Untung saja itu tugas kelompok jadi saya tidak begitu pusing mengerjakan tugasnya. Seperti biasa aku, Aim, Anto, dan Joe satu kelompok, tugaspun selesai saatnya pulang ke rumah. Sebelum pulang kami ngobrol-ngobrol dulu. Aim masih khawatir sama aku, dia tanya "De, masih pusing ???". "ga, kok " jawabku.
Aku pulang ke rumah bersama Anto karena kita satu arah dan Aim, Nia, dan Joe pulang bersama karena mereka satu arah. Pagi tiba, saatnya pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, aku bertemu Aim dan kamipun ngobrol. Dia bilang kalau Anto itu sudah jadian sama Nia, aku semakin bingung karena Aim menyuruhku jangan bersedih. Aku ga sedih sama sekali kok Aim, aku senang mendengarnya. Aim bertanya "Bukannya kamu deket banget sama Anto?". "Oh, itu kan karena Anto tetangganya nenekku dan kami sering bermain bersama. Aku lupa memberi tahumu soal itu." Jawabku. "Oh, begitu" jawab Aim.
Hari sabtu lebih tepatnya malam minggu, aku mendapat sms yang bertuliskan "Aku suka kamu dari pertama kali kita bertemu. Selama ini aku tak ungkapkan isi hatiku karena kamu begitu dekat dengan Anto. Maukah kamu jadi pacarku?". Aku tak tau itu sms dari siapa karena nomornya ga ada di buku telepon. Aku langsung jawab maaf banget aku ga bisa.
Hari senin, aku langsung tanya ke Anto "apakah kamu tau nomer ini, To?". " Tidak" jawab Anto. Pada saat hari itu sikap Aim berbeda sekali, sampai-sampai semua teman sekelas heran. Aku tak tahu kenapa dia seperti itu. Ternyata sms waktu itu dia yang sms, aku sangat menyesal karena membalas smsnya terlalu kasar. Aku langsung menjelaskan kepada Aim kalau aku tidak bermaksud sekasar itu menjawabnya. "Aim, tak kira itu sms dari orang iseng jadi aku jawabnya kasar. Lagian aku sudah mencintai orang lain" kataku. "Aku sudah tahu, siapa yang kau cintai. Yang kau cintai Anto kan, De? jawab Aim. "Bukan, kamu salah paham, Aku tak tahu sejak kapan aku mencintaimu tapi yang jelas saat Olahraga aku dah merasa kalau aku itu semakin suka sama kamu" Jawabku. "yang bener De? Kamu mau kan jadi pacarku De?" jawab Aim. "Maaf banget. aku.... aku ga bisa...... ga bisa nolak" jawabku. Aku dan Aimpun jadian, aku dan Anto setuju kalau kita mencomblangin Joe dengan Ida. Dengan susah payah dan akhirnya Joe ga mau karena tanpa sepengetahuanku Joe suka denganku.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar